Inilah
Dasar Kerajaan Aceh Bandar Darussalam
Bismillahirrahmanirrahim,
Amma Ba'du...
Mulai
terdiri Kerajaan Aceh Bandar Darussalam yaitu pada tahun 913 Hijriah pada tanggal
12 Rabi'ul Awwal Hari Ahad bersamaan 23 Julai, 1507. Atas nama yang berbangsawan
bangsa Aceh yaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah
Johan Berdaulat.
Maka
pohon kerajaan mulai tersusun oleh yang berbangsawan tersebut hingga sampai
pada kerajaan puteranya yang kuat yaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Mahmud
Al-Qahhar Ali Riayat Syah.
Kemudian
hingga sampai pada masa kerajaan cicitnya yaitu Raja yang lang-gemilang gagah
perkasa yang masyhur Al-Mulaqaab Paduka Seri Sultan Al-Mukarram Sultan Alauddin
Mahkota Alam Iskandar Muda Perkasa Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam,
yaitu telah ijmak keputusan sabda muafakat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam
beserta alim ulama dan hulubalang dan menteri-menteri, yaitu telah ditetapkan
dia dan telah difaftarkan dengan sahih sah dan muktamad dengan memberitahu dan
diperintahkan dia dengan mengikut dan menurut menjalankan dan melaksanakan oleh
seluruh pegawai-pegawai Kerajaan Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya
yaitu diwajib difayahkan di atas seluruh rakyat Aceh Bandar Darussalam dan
jajahan takluknya.
Bahawasanya
kita semuanya satu negeri bernama Aceh dan berbangsa Aceh dan berbahasa Aceh dan
kerajaan Aceh dan alam Aceh, Yakni satu negeri satu bangsa dan satu kerajaan
dan satu alam dan satu agama yakni Islam dengan mengikut syariah Nabi Muhammad
SAW.
Atas
jalan ahlu-Sunnah wal Jamaah dengan mengambil hukum daripada Qur'an dan Hadis
dan qias dan ijmak ulama ahlu-sunnah wal jamaah, Dengan hukum dengan adat
dengan resam dengan kanun yaitu syarak Allah dan syarak Rasullulllah dan syarak
kami, Bernaung di bawah Alam Merah Cap Peudeung lukisan warna putih yang
berlindung di bawah panji-panji Syariat Nabi Muhammad SAW Dari dunia sampai ke akhirat
dalam dunia sepanjang masa.
Pertama,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukaallaf dan bukan
gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang-malam
yaitu pedang atau sikin panjang atau sekurang-kurangnya rincong tiap-tiap yang
bernama senjata.
Kedua,
tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau baleeh-baleeh atau meunasah
maka pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah di pakai kain
merah dan putih sedikit yakni kain putih.
Ketiga,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yaitu bertani utama lada dan barang
sebagainya.
Keempat,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan berlajar pandai emas dan
pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.
Kelima,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan
belajar membikin tepun (tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjahit
dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.
Keenam,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam
negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.
Ketujuh,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.
Kedelapan,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syarak umur
lima belas tahun belajar dan mengajar main senjata dengan pendekar silek dan
barang sebagainya.
Kesembilan,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ain belajar dan megajar
ilmu agama Islam syariah Nabi Muhammad SAW atas almariq (berpakaian ) mazhab
ahlu-sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
Kesepuluh,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan
mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah waljamaah r. ah
ajmain.
Kesebelas,
sekalian hukum syarak yang dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan
Mazhab Imam Syafi'i r.a. di dalam sekalian hal ehwal hukum syarak syariat Nabi
Muhammad SAW. Maka mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan
cukup syartan ( syarat ). Maka dalam negeri Aceh yang sahih-sah muktamad
memegang kepada Mazhab Syafi'i yang jadid.
Kedua
belas, sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan
tidak diambil untuk buat bikin masjid-masjid dan balee-balee dan
meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian
ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka
janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang
mustahak dibahagi lapan.
Ketigabelas,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu kerajaan berupa apa pun
apabila fardhu sampai waktu datang meminta bantu.
Keempatbelas,
diwajibkan diatas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu
dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak
pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbok serta
batu-batu karang dihancur semuanya dan tanah diayak itulah adanya.
Kelimabelas,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar Indang Mas di
mana-mana tempatnya dalam negeri.
Keenambelas,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh memelihara ternakan seperti kerbau dan
sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam syarak agama
Islam yang ada memberi manfaaf pada umat manusia diambil ubat.
Ketujuhbelas,
diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri Maulud akan Nabi
SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi
kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti-berganti
makan khanduri maulut.
Kedelapanbelas,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun
mengadakan Khaduri Laut iaitu di bawah perintah Amirul Bah yakni Panglima Laot.
Kesembilanbelas,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan Khanduri Blang pada
tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawa perintah Penglima Meugoe
dengan Kejrun Blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.
Keduapuluh,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa tiap-tiap pakaian kain sutera
atau benang atau payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau
warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya yaitu Kaum
Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan sayed-sayed yang
turun menurun silsilahnya daripada Saidina Hasan dan Saidina Husin keduanya
anak Saidatina Fatima Zahra Nisa' Al-Alamin alaihassalam binti Saidina
Rasulullah Nabi Muhammad SAW dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut
yang dibolehkan memakainya yaitu sekalian kaum keluarga ahli waris Kerajaan
Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan
memakainya kepada siapapun.
Keduapuluhsatu,
diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa jangan sekali-kali memakai
perkataan yang hak kerajaan:
- Pertama titah
- Kedua sabda
- Ketiga Karunia
- Keempat Nugerahi
- Kelima Murka
- Keenam Daulat
- Ketujuh Seri Pada (Paduka )
- Kedelapan Harap Mulia
- Kesembilan Paduka Seri
- Kesepuluh Singgahsana
- Kesebelas Takhta
- Keduabelas Duli Hadrat
- Ketigabelas Syah Alam
- Keempatbelas Seri Baginda kelima besar Permaisuri
- Keenambelas TA.
Maka
demikianlah sabda muafakat yang sahih-sah muktamad daripada Kerajaan Aceh
Bandar Darussalam adanya.
Maka
hendaklah menyampaikan sabda muafakat keputusan kerajaan kami oleh Hulubalang
Menteri kami kepada sekalian rakyat kami ke seluruh Aceh iaitu daerah-daerah
dan mukim-mukim dan kampung- kampung dan dusun-dusun timur dan barat tunong dan
baruh kepada sekalian imam-imam dan kejrun-kejrun dan datuk-datuk dan kechik-kechik
dan wakil-wakil dan sekalian orang yang tuha-tuha dan muda-muda dan sekalian
orang yang ada jabatan masing- masing besar dan kecil menurut kadarnya dan ilmunya;
Yaitu mudah-mudahan Insya Allah ta'ala dapat selamat bahagia sekalian umat manusia
dalam negeri Aceh Bandar Darussalam khasnya dan Aceh jajahan taklukannya yaitu
siapa menjadi manusia yang baik dan berkelakuan yang baik serta tertib sopan
majlis dan hormat mulia yang sempurna dengan berkat syafaat Nabi SAW supaya
terpeliharalah bangsa kami Aceh dan negeri kami Aceh daripada mara dan bahaya
dengan selamat sejahtera bahagia sepanjang masa dan jauh daripada lembah kehinaan
dan kesusahan sepanjang hidup, Supaya terpeliharalah negeri kami Aceh dan alam
kami Aceh dan bangsa kami Aceh dengan usaha yang banyak supaya dapat mesra
kesenangan bersama-sama yaitu antara rakyat dengan kerajaan dengan bersatu
seperti nyawa dengan jasaad serta dengan taqwa dan tawakkal kepada Allah ta'alaa
dengan menahan sabar daripada kepayahan maka tentu akhirnya Insya Allah ta'ala
dapat jadi kebajikan bersama-sama dengan saudara-saudara-saudara Islam yang
dalam negeri Aceh dengan berkasih-kasihan dengan mengikut Syarak Allah dan
Syarak Rasul dan Syarak Kerajaan. Sanah 1272 Hijriah (1855Masehi )
Makna
dan Falsafah
Dari
21 pesan-pesan raja di atas secara detail dapat disimpulkan bahwa dalam nasehat
itu mengandung 5 nilai hidup utama yang Islami yg menjadi falsafah dan prinsip
yaitu :
- AMANAH (Amanah direpresentasikan dalam pasal 17, 18 dan 19.)
- BERANI (Berani terangkum dalam pasal 1, 7 dan 8)
- DISIPLIN (Disiplin terkandung dalam pasal 2, 9, 10, 11, 12 dan 13)
- RAJIN ( Rajin ditemukan dalam pasal 3, 4, 5, 6, 14, 15 dan 16)
- SETIA (Setia pula dapat kita lihat pada pasal 20 dan 21.)
Dari
kelima pesan inilah terlukiskan seberapa sayangnya raja-raja dan ulama-ulama
atjeh di masa silam dalam menjaga Hak tanah yang suci yang sudah lama mereka
perjuangkan dan sebagai rasa cintanya kepada generasi selanjutnya mereka
mempersembahkan untaian nasehat yang sangat bermanfaat dan yang tak ternilai
harganya.
Maka
sesudah habis mendengar khabar maka ulamak telah bertanya apakah padahnya jika
wasiat itu diabaikan.
Maka
menangislah Seri Baginda Sultan sebab kerana sayangnya kepada umat manusia pada
masa akan datang serta Seri Baginda dalam tangisannya mengucap sabda dengan
kata syair yang amat dalam maksudnya lagi nasihat yang sangat baik tujuannya
dan amat luas maknanya, Yaitu inilah bunyinya syair nazamnya:
Jituka
alim dengan jahil
Jituka
adee dengan inaya
Jituka
murah dengan bakhil Cita akan zahir bak raja-raja
Jituka
taat dengan maksiat; Jiboh aniek mit keu ureung tuha
Jituka
yang la jimita yang mit; Tamsee aneuk mit yang tuha-tuha
Jituka
iman jitung murtad; Asai na pangkaat megah ngon kaya
Jituka
yang trang jitung yang seupot; Jitem meureubot tuwo keu desya
Jituka
makmu jitem tung deuk troe; Ureng yang bako tekala wala
Jituka
senang jitem tung susah; Peuget fitnah meuseunoh kada
Jituka
megah jitung hinaan; Inong ngon agam male jih hana
Jituka
luwah jitem tung picek; Tanda mubaligh keurajeun raja
Jituka
qanaah jitem lubha; Alamat tanda akai tan lisik
Jituka
sihat jitung peunyaket; Jitem meusaket dengan hareuta
Jituka
aman jitem tung kacho; Nibak bala pebala dengan saudara Ouh akhee nanggroe lee
that ban macam; Saboh yang asai saboh yang hana Dalam syuruga hideh yang asai, Penolong
Tuhan keu mukmin dumna Yang dalam donya sinoe tan asai Meunajih badan meu ubah
rupa
Sejarah
telah membuktikan tatkala Aceh Code diimplementasikan secara terus menerus, ia
membawa kegemilangan bagi Aceh. Manakala Aceh Code diabaikan, sedikit demi sedikit
Aceh mengalami kemunduran sampai pada titik nadir.
Sejarah
telah membuktikan tatkala Aceh Code diimplementasikan secara terus menerus, ia
membawa kegemilangan bagi Aceh. Manakala Aceh Code diabaikan, sedikit demi sedikit
Aceh mengalami kemunduran sampai pada titik nadir.
Melihat
situasi di Aceh sekarang, saya merasa sudah waktunya Aceh Code sebagai warisan
endatu kita yang sangat berharga untuk kembali disosialisasikan dan
diaplikasikan –tentunya setelah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi
terkini-dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh.
Bila
hal ini dilakukan, Insya Allah kegemilangan yang telah dicapai Aceh dalam
bidang politik, ekonomi, agama dan budaya di masa lampau akan kembali terulang.
Pengirim
: Teuku Amru Al-Hamidi / Pang Samudra Pasee
Fb
: https://www.facebook.com/edie.quterez
\iklan |
Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi indodetik.com. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.