Inilah
kisah Nabi Muhammad SAW menjelang sakaratul maut, Semoga kisah ini menjadi tauladan bagi kita semua, Tak bisa di
pungkiri sungguh mulia akhlak baginda rasulullah SAW, detik-detik sakaratul
maut yang di alami Rasulullah SAW adalah penyempurnaan bukti kemulian
Rasulullah SAW.
Pagi itu
Rasulullah tiba di masjid, Nabi sembahyang sunnah dua rakaat lalu menuju
mimbar. Kakinya terasa berat ketika mendaki tangga. Tubuhnya tampak lemah,
tangannya bertelekan. Tak lama kemudian beliau menyampaikan khutbah singkat,
namun isinya meresap dan menggetarkan hati. Para sahabat bercucuran air mata.
Rasulullah
dengan suara terbata-bata memberikan petuah:
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,".
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mencintai Sunnahku berarti mencintai aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku,".
Khutbah
singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap
sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar
dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang
dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat
itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”
desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan
tugasnya di dunia.
Tanda-tanda
itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana
sepertinya tengah menahan detik-detik berlalu.
Matahari
kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,
Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan
membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum…
.Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi
Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani
ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah
itu, wahai anakku?”
“Tak
tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah
lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah
anakku, “Dialah penjemput kenikmatan, pemutus nahsu syahwat, dan pemisah
pertemuan. Dia adalah malakul maut.” Sayyidah Fatimah RA terkejut, “Ayahanda,
jadi mulai hari ini aku tidak akan lagi mendengar suaramu dan memandangi wajah
jernihmu?” Fatimahpun menahan tangis.
Malaikat
Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut
menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas
langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya
Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril,
jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?”
Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu
langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga
terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak
membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau
tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan
kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan
khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada
didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik
semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik.
Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril,
betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan
muka.
“Jijikkah
engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah
pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah
yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya
Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,
jangan kepada umatku.”
Badan
Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya
bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah
shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”
Di luar
pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir
Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii.
ummatii. ummatii.”
“Wahai
jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke
dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah
ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat
di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”
Dia
berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat
selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan
kukatakan:
”Rasulullah
telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”
Maka
mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman
bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun
Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan
pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi
untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun
orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk
beliau dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian
dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan
mati.”
Keluarlah
Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad,
maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka
sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”
‘Aisyah
berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri
dan aku menangis sendiri.”
Inna
lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang
paling mulia, manusia yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas
di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari.
Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.
Allahumma
shali'alla sayyidina wa mawlana Muhammad....
"Janganlah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia, Tapi gelisahlah apabila di benci ALLAH SWT karena tiada lain yang mengasihanimu di akhirat"
Sebarkanlah
kepada sahabat-sahabat muslim yang lainya agar timbul kesadaran untuk mencintai
ALLAH SWT dan RASUL-NYA
*Mohon
maaf pabila ada kesalahan baik dalam ilustrasi ataupun penulisan dalam kisah
wafat nabi muhammad SAW
Baca
Juga yang Lainya :
\iklan |
Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi indodetik.com. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.